Masih
lekang di benak kita kasus dari SDN Gadel 2 Surabaya yang mencuat karena
seorang guru memaksa Al (putra dari Ibu Siami) untuk memberi contekan kepada
teman-temannya saat UNAS pada 10-12 Mei 2011. Sedangkan ibu Al yaitu Ibu Siami yang
protes pada pihak sekolah dan melaporkan guru tersebut karena anaknya disuruh
gurunya untuk memberi tahu atau kasarnya “memberi contekan” kepada
teman-temannya pada saat Ujian Nasional malah diusir warga karena Kejujuran
yang ia pegang teguh. Ibu Siami sebenarnya tidak menginginkan anaknya berbuat
Tidak Jujur sehingga tidak mengijinkan anaknya memberi contekan pada
teman-temannya. Karena ingin berbuat Jujur, malah dari pihak sekolah tidak
mendapatkan respon yang positif. Apakah seperti itu sikap yang harus diajarkan
oleh pihak sekolah??? Apakah budaya mencontek itu suatu hal yang biasa di
masyarakat kita???
Melihat
peristiwa diatas kita sebagai orang tua, guru maupun siswa seharusnya bisa memberi
contoh untuk selalu berbuat jujur. Dimana yang namanya sekolah adalah tempat
bagi anak untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan apapun bentuknya walaupun tidak
enak untuk dilakukan. Tapi kita tidak bisa menyalahkan sekolah tersebut karena
yang patut disalahkan adalah individu yang sudah berusaha tidak jujur. Semoga
kita sebagai penerus generasi masa depan bangsa selalu memegang Kejujuran
Hingga akhir hayat nanti.
Bulan-bulan
ini sudah mulai mendekati ujian akhir sekolah atau UJIAN NASIONAL (UNAS) bagi semua kalangan siswa baik SD, SMP,
maupun SMA yang menjadi momok bagi siswa, guru, maupun orang tua. Karena yang
dikhawatirkan adalah ketakutan jika tidak lulus dan pada akhirnya tidak bisa
masuk ke sekolah favorit yang diminati. sehingga orang tua berlomba-lomba
mendaftarkan anaknya ke lembaga-lembaga bimbingan belajar yang memiliki ‘trik”
atau cara jitu dan bisa menunjang akademis mereka dalam menghadapi UNAS. Dari
pihak sekolah pun sering mengadakan try out (uji coba) Unas agar siswa-siswanya
berhasil dalam menghadapi Unas. hal itu tentu saja membuat anak-anak jenuh
dengan yang namanya Unas. karena mereka di ‘press’ atau bahasa kasarnya
‘ditekan’ agar bisa lulus seperti kemauan pihak sekolah dan orang tua, sehingga
bisa masuk ke sekolah negeri favorit. Bahkan dari tahun ke tahun, ada sebagian
siswa ataupun orang tua dengan mengatasnamakan KELULUSAN bisa melakukan apa
saja atau dengan kata lain mengesampingkan Kejujuran untuk menghalalkan segala
cara. Apakah hal ini menjadi pelajaran yang baik untuk dilakukan dan ditanamkan
pada anak-anak kita??? Tentu hati kecil semua orang mengatakan Tidak. Karena
yang namanya tidak jujur adalah perbuatan yang tidak pantas dilakukan, apalagi
jika ada orang tua yang rela
mengeluarkan beberapa lembar rupiah demi menemukan Jawaban soal Unas untuk
anaknya atau dari lembaga bimbingan belajar yang diikuti sudah mengetahui soal
yang akan dikeluarkan pada Unas, kemudian membocorkan dengan istilah Kisi-Kisi
yang biasa keluar di UNAS dari tahun ke tahun.
Melihat
kondisi yang seperti itu, kita sebagai guru yang berusaha menanamkan kejujuran
pada anak jadi bertambah berat tugasnya karena disisi lain, pihak orang tua
tidak mendukung untuk berbuat jujur. Hal ini bisa mempengaruhi psikologis anak,
karena di satu sisi, orang tua adalah panutan di rumah sedangkan di sekolah
adalah guru sebagai panutan atau pengganti orang tua.
Menganalisa
kebocoran yang sering terjadi dan tidak pernah ada solusinya, membuat kita
bertanya-tanya. Kenapa hal tersebut selalu terjadi dan berulang-ulang? Padahal
Dokumen Soal Unas Bersifat RAHASIA Milik Negara...Bagaimana bisa dokumen
rahasia milik negara bisa BOCOR???? Siapa yang membocorkan??? Tapi hal itu
tidak penting karena yang lebih penting adalah menanamkan Moral atau Akhlak
Yang Baik pada anak sejak dini agar masa depan bangsa tidak amburadul seperti
saat ini. Dimana para pejabat-pejabat sering terkait dengan kasus korupsi.....bukankah
korupsi merupakan suatu ketidakjujuran??? Bagaimana kita bisa menanamkan
kejujuran jika kita sebagai orang tua tidak menanamkan kebaikan atau “lemberi
contoh” yang baik pada anak-anak sejak dini??? Memang dengan kejujuran mungkin
kita tidak bisa mendapatkan “apa-apa” seperti “Jabatan”, “Pangkat” atau
“Materi” tapi dengan kejujuran hidup kita menjadi Indah atau hidup kita bisa
lebih tenteram dan tenang dengan nilai-nilai kejujuran.
Sebagai
pendidik/guru maupun orang tua yang diberi amanah memang harus senantiasa sabar
dan jujur dalam menanamkan kebaikan pada diri anak sejak dini. Apalagi zaman
sekarang semua lebih mudah didapatkan anak untuk belajar selain dari lingkungan
keluarga atau sekolah. Dimana orang tua tidak bisa ‘mengurung’ anak sepanjang
hari di sekolah atau di rumah, karena anak-anak butuh lingkungan yang lain
untuk berinteraksi sosial, sehingga pengaruh pendidikan bisa datang dari arah
manapun. Asalkan sebagai orang tua kita bisa tetap mengontrol diri anak dan
terus bisa memantau apa yang sudah dilakukan anak di luar rumah. Sebagai orang
tua kita juga harus bisa memberi contoh yang baik tanpa harus menggurui atau
hanya memberi perintah saja, dengan kata lain sebagai orang tua tidak hanya
‘menyuruh’ saja tapi bisa melaksanakan bersama-sama sebagai satu tim yang
solid.
Karena
pendidikan anak sejak dini akan selalu terekam sepanjang masa dalam ingatan
anak-anak hingga ia dewasa suatu saat nanti. Bahkan mungkin nilai-nilai
kejujuran atau kebaikan yang lain akan ditanamkan pada anaknya. Karena dinilai
cara itulah yang bisa membawa semua orang bisa mendapatkan kesuksesan dan
kebahagiaan yang abadi, baik di dunia maupun diakhirat nanti. Semoga Kejujuran
Selalu Tertanam disetiap insan yang ada di muka bumi ini. Karena Jujur Itu Asyik (JuRaSik)
dahsyat, memang jujur itu penting namun banyak orangtua yang kurang paham dengan bagaimana menanaman rasa jujur, tetap semangat Bu Wardah untuk mengkampanyekan Parenting dan karakter jujur di Masyarakat
ReplyDeleteini baru wacana menarik tp sayang kalo berhenti dsni, langkah pasti bu wardah mengikuti jejak suami (aulia rahman pak guru) untuk menyebarkan virus parenting kepenjuru indonesia. Ane dukung tulisan sampean menjadi yg tbaik. Lian di ujung pulau garam (sumenep)
ReplyDeleteMemang harus diperjuangkan..SUKSES!!!
ReplyDeleteSemoga Sukses Selalu....Artikelnya Bagus Karena Guru-guru selalu mengajarkan Kejujuran pd Siswanya....Semoga Kejujuran Selalu ada dalam hati kita
ReplyDeleteBagus Bu Artikel INi....Semoga Kejujuran Akan Selalu Dipegang Teguh Bagi Kita Semua
ReplyDeleteSemoga Sukses Bu Wardah...Kami Semua Selalu Mendukung Guru-Guru...Semoga Kejujuran Yang diajarkan Selalu KIta Pegang Teguh Hingga Akhir Nanti...
ReplyDeleteSaya Sering Melihat Ketidakjujuran disekitar Saya Bu, lalu Bagaimana caranya mengingatkan mereka?
ReplyDeleteSarah Kakandara
ReplyDeleteSukses Ya Bu. Semoga Kejujuran Akan Selalu Ada Diantara Kami Hingga Nanti. Meskipun Saya Pernah Melihat Ketidakjujuran Itu Tetap Ada, Namun Bingung Bagaimana Caranya Menegur Mereka Karena Saya masih dianggap Anak Kecil
Terima Kasih Buat Semua Yang Telah Berkomentar Di Blog Saya. Semoga Kejujuran Tetap Selalu Dipegang Teguh.
ReplyDeleteB. Sumi N.
ReplyDeleteHendaklah kamu takut berkata dusta karena dusta itu menjauhkan kamu dari Iman. Orang yang berdusta itu tidak punya iman
Yusrana Caca
ReplyDelete'Jujurlah Selalu', itu yang selalu disampaikan oleh UMI dan AYAH...Biar hidup kita Barokah.
Ade Rosyida
ReplyDeletejujur itu indah... jadi harus dipertahankan !!
kejujuran adalah suatu sikap untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari hari
ReplyDeleteDerika,
ReplyDeleteKejujuran adalah hal yang patut kita junjung tinggi